Inilah Alasan Benchmarking Jadi Rahasia Utama Rumah Sakit Unggul
Di tengah persaingan layanan kesehatan yang semakin ketat dan tuntutan masyarakat yang kian tinggi terhadap mutu pelayanan, rumah sakit dituntut untuk terus berkembang dan berinovasi. Salah satu strategi yang terbukti efektif untuk meningkatkan performa dan daya saing adalah benchmarking. Meski istilah ini sering terdengar di dunia bisnis, penerapannya dalam sektor kesehatan ternyata menyimpan potensi besar untuk transformasi layanan.
Apa Itu Benchmarking?
Secara sederhana, benchmarking adalah proses membandingkan praktik, kinerja, atau hasil suatu organisasi dengan standar terbaik dalam industri sejenis. Dalam konteks rumah sakit, benchmarking dilakukan dengan membandingkan aspek-aspek seperti efisiensi operasional, mutu pelayanan, keselamatan pasien, hingga kepuasan pelanggan dengan rumah sakit lain yang telah terbukti unggul di bidangnya.
Tujuan utamanya bukan sekadar meniru, tetapi untuk mengidentifikasi celah perbaikan dan menemukan cara terbaik dalam memberikan layanan kesehatan.
Mengapa Benchmarking Penting dalam Dunia Kesehatan?
- Meningkatkan Kualitas Pelayanan
Benchmarking mendorong rumah sakit untuk selalu mengevaluasi dan meningkatkan mutu layanan. Dengan membandingkan indikator kinerja seperti tingkat infeksi nonsokomial, waktu tunggu pasien, atau kepatuhan terhadap protokol medis, rumah sakit dapat mengambil langkah konkret untuk meningkatkan standar internalnya.
- Mendorong Efisiensi Operasional
Dengan melihat bagaimana rumah sakit lain mengelola sumber daya, baik SDM, teknologi, maupun logistik, institusi kesehatan bisa mengadopsi praktik terbaik yang terbukti efisien, tanpa harus mencoba-coba dari nol.
- Meningkatkan Kepuasan Pasien
Pasien kini makin kritis dan memiliki banyak pilihan. Benchmarking membantu rumah sakit memahami ekspektasi pasien dan memberikan layanan yang lebih personal, cepat, dan aman, yang akhirnya berkontribusi pada loyalitas pasien.
- Menghadapi Dinamika Regulasi dan Akreditasi
Penerapan benchmarking juga mendukung rumah sakit dalam memenuhi standar regulasi dan akreditasi nasional maupun internasional. Banyak standar akreditasi seperti Joint Commission International (JCI) dan Komite Akreditasi Rumah Sakit (KARS) yang mensyaratkan penggunaan indikator pembanding sebagai bagian dari evaluasi mutu
Jenis-Jenis Benchmarking yang Dapat Diterapkan
- Internal Benchmarking: Perbandingan antar unit atau departemen dalam rumah sakit yang sama.
- Competitive Benchmarking: Perbandingan dengan rumah sakit lain yang menjadi pesaing langsung.
- Functional Benchmarking: Membandingkan fungsi tertentu dengan organisasi di luar sektor kesehatan, misalnya sistem antrian pelanggan di perbankan.
- Generic Benchmarking: Fokus pada praktik manajemen terbaik dari berbagai industri.
Studi Kasus: Benchmarking yang Berdampak
Sebuah rumah sakit di Yogyakarta berhasil menurunkan tingkat infeksi pasca operasi sebesar 40% setelah melakukan benchmarking dengan rumah sakit rujukan nasional. Mereka mengadopsi sistem sterilisasi alat yang lebih modern dan menerapkan protokol kontrol infeksi yang sebelumnya belum digunakan secara konsisten. Ini menunjukkan bahwa learning from the best bukan hanya slogan, tapi strategi yang benar-benar membawa perubahan nyata.
Kesimpulan
Benchmarking bukan sekadar alat ukur, tetapi merupakan strategi manajerial yang visioner. Dalam dunia kesehatan yang terus berubah, rumah sakit yang aktif belajar dan mengadaptasi praktik terbaik dari luar akan lebih cepat berkembang dan lebih siap menghadapi tantangan. Dengan benchmarking, rumah sakit tidak hanya bertahan—tetapi menjadi unggul dan dipercaya.
Referensi
- Bahadori, M., Ravangard, R., Raadabadi, M., & Mahbobi, M. (2015). Hospital performance indicators and their role in benchmarking: A systematic review. Journal of Clinical and Diagnostic Research, 9(10), IE01–IE05. https://doi.org/10.7860/JCDR/2015/14272.6649
- Camp, R. C. (1989). Benchmarking: The search for industry best practices that lead to superior performance. ASQC Quality Press.
- Joint Commission International. (2017). Joint Commission International accreditation standards for hospitals (6th ed.). Joint Commission Resources.
- Komite Akreditasi Rumah Sakit. (2022). Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit Edisi 1.1. KARS.
- Zairi, M. (1994). Benchmarking for best practice: Continuous learning through sustainable innovation. Butterworth-Heinemann.
- Arahman, A., Lestari, S., & Hamid, Y. (2020). Pengaruh benchmarking terhadap mutu layanan rumah sakit: Studi pada rumah sakit tipe B di Indonesia. Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan Indonesia, 5(2), 123–131.
Penulis : Zulfiqar Hamid
Reviewer : Nahda Salimah