70% Sengketa Medis Terjadi Bukan Karena Malpraktik, tetapi Karena Miskomunikasi

70% Sengketa Medis Terjadi Bukan Karena Malpraktik, tetapi Karena Miskomunikasi

Banyak orang mengira bahwa sengketa medis selalu berkaitan dengan malpraktek atau kesalahan prosedur medis. Namun, data menunjukkan bahwa 70% sengketa medis terjadi bukan karena malpraktik, tetapi karena miskomunikasi antara tenaga medis dan pasien (WHO, 2019).

Sengketa medis adalah permasalahan hukum yang melibatkan tenaga medis dan pasien akibat dugaan kesalahan atau kelalaian dalam pelayanan kesehatan. Banyak tenaga medis berpikir bahwa mereka sudah aman dari tuntutan hanya karena telah mengikuti prosedur standar. Namun, realitanya, banyak faktor yang bisa menyebabkan tuntutan hukum terhadap tenaga medis, bahkan ketika mereka merasa sudah bekerja dengan benar.

Komunikasi yang buruk dalam pelayanan kesehatan dapat menyebabkan kesalahpahaman, hilangnya kepercayaan pasien, dan bahkan tuntutan hukum. Oleh karena itu, memahami pentingnya komunikasi yang efektif menjadi langkah utama dalam mencegah sengketa medis.

Mengapa Miskomunikasi Menjadi Penyebab Utama Sengketa Medis

1. Kurangnya Informasi yang Jelas kepada Pasien

  • Banyak pasien merasa bahwa mereka tidak mendapatkan penjelasan yang cukup tentang kondisi kesehatan mereka.
  • Ketika hasil pengobatan tidak sesuai harapan, pasien cenderung merasa dirugikan dan bisa menggugat tenaga medis.
  • Contoh kasus: Seorang pasien mengalami efek samping pasca operasi tetapi merasa tidak pernah diberitahu tentang kemungkinan tersebut.

2. Kesalahan dalam Penyampaian Informasi

  • Penggunaan istilah medis yang rumit tanpa penjelasan sederhana bisa membuat pasien kebingungan.
  • Penyampaian informasi yang terlalu cepat atau terburu-buru menyebabkan pasien tidak memahami sepenuhnya kondisi mereka.
  • Contoh kasus: Seorang pasien menerima resep obat tanpa mengetahui cara penggunaannya dengan benar, yang kemudian menyebabkan efek samping serius.

3. Harapan Pasien yang Tidak Sesuai dengan Realitas

  • Pasien sering kali memiliki ekspektasi tinggi terhadap hasil pengobatan tanpa memahami kemungkinan komplikasi.
  • Jika hasilnya tidak sesuai harapan, mereka bisa menganggap tenaga medis telah melakukan kesalahan.
  • Contoh kasus: Pasien yang menjalani operasi plastik dan tidak mendapatkan hasil sesuai ekspektasi lalu menggugat dokter.

4. Kurangnya Empati dan Pendekatan Personal

  • Pasien ingin merasa dihargai dan diperhatikan oleh dokter.
  • Jika komunikasi tenaga medis terlalu formal atau singkat, pasien bisa merasa diabaikan.
  • Contoh kasus: Seorang pasien mengeluhkan rasa sakit yang tak kunjung reda, tetapi merasa dokter tidak cukup peduli karena hanya memberikan jawaban singkat.

5. Kesalahan dalam Dokumentasi Medis

  • Rekam medis yang tidak lengkap atau tidak sesuai dengan percakapan yang telah terjadi bisa memperkuat klaim pasien dalam sengketa medis.
  • Contoh kasus: Seorang dokter telah menjelaskan risiko operasi, tetapi karena tidak terdokumentasi dengan baik, pasien mengklaim tidak pernah mendapat penjelasan.

Bagaimana Cara Mencegah Sengketa Medis akibat Miskomunikasi?

1. Gunakan Bahasa yang Mudah Dipahami Pasien

  • Hindari istilah medis yang terlalu teknis.
  • Gunakan analogi atau contoh yang relevan agar pasien lebih mudah memahami.
  • Pastikan pasien benar-benar mengerti informasi yang diberikan.

2. Terapkan Prinsip “Teach-Back” (Umpan Balik dari Pasien)

  • Setelah menjelaskan diagnosis atau prosedur, minta pasien menjelaskan kembali dengan kata-kata mereka sendiri.
  • Teknik ini membantu memastikan pasien tidak salah paham terhadap informasi yang diberikan.

3. Bangun Hubungan yang Baik dengan Pasien

  • Dengarkan keluhan pasien dengan penuh perhatian.
  • Gunakan kontak mata dan bahasa tubuh yang menunjukkan empati.
  • Jangan terburu-buru dalam memberikan penjelasan.

4. Berikan Informed Consent yang Jelas dan Detail

  • Pastikan pasien mengetahui risiko, manfaat, dan alternatif dari prosedur medis yang akan dilakukan.
  • Buat dokumen informed consent yang mudah dipahami pasien.
  • Dokumentasikan semua percakapan penting terkait tindakan medis.

5. Dokumentasikan Setiap Percakapan dan Keputusan Medis dengan Baik

  • Catat informasi yang diberikan kepada pasien dalam rekam medis.
  • Pastikan semua pernyataan penting mengenai risiko dan persetujuan pasien terdokumentasi dengan baik.
  • Jika terjadi perselisihan, rekam medis bisa menjadi bukti yang melindungi tenaga medis.

6. Tingkatkan Pelatihan Komunikasi bagi Tenaga Medis

  • Mengadakan workshop atau pelatihan komunikasi secara rutin untuk tenaga medis.
  • Mempelajari teknik komunikasi efektif dalam situasi medis yang kompleks.
  • Berlatih menghadapi pasien dengan berbagai latar belakang sosial dan pendidikan.

Kesimpulan

Miskomunikasi dalam pelayanan kesehatan adalah penyebab utama sengketa medis, yang berpotensi memicu munculnya asumsi malpraktik pada pasien. Dengan meningkatkan keterampilan komunikasi, membangun hubungan yang baik dengan pasien, serta mendokumentasikan informasi dengan jelas, tenaga medis dapat mengurangi risiko tuntutan hukum secara signifikan.

Jangan hanya fokus pada keahlian medis – komunikasi yang baik adalah bagian penting dari pelayanan kesehatan yang berkualitas dan aman bagi semua pihak!

Referensi:

  • WHO. (2019). Improving Communication in Healthcare to Reduce Medical Disputes. World Health Organization.
  • Leonard, M., Graham, S., & Bonacum, D. (2004). The Human Factor: The Critical Importance of Effective Teamwork and Communication in Providing Safe Care. BMJ Quality & Safety.
  • Institute for Healthcare Improvement. (2020). Effective Communication Strategies in Healthcare Settings.
  • Konsil Kedokteran Indonesia. (2021). Pedoman Informed Consent dan Rekam Medis dalam Praktik Kedokteran.
  • Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 24 Tahun 2022 tentang Rekam Medis Elektronik di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
  • Sutrisno, H. (2021). Hukum Kesehatan dan Etika Medis di Indonesia. Jakarta: Penerbit Andi.

 

Penulis : Zulfiqar Hamid

Reviewer : Nahda Salimah

Baca Juga:
Open chat
1
Hallo Sobat MEETA 👋
Hallo 👋
Ada yang bisa Meeta Bantu?